Jumat, 25 Desember 2015

Toleransi

Dengan postingan ini semoga menjadi penjelasan bagi teman2 Nasrani dan sekaligus teman2 Muslim yang mempertanyakan mengapa kami tidak mengucapkan selamat Natal bagi yang merayakannya.
Bukan karena tidak toleransi, karena dalam Islam kami diajarkan untuk toleran terhadap pemeluk agama lain oleh Nabi kami, Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam. Kami bahkan dilarang untuk menjelek-jelekkan Tuhan yang disembah agama lain, di larang untuk merusak tempat ibadah mereka, tidak mengganggu ibadah mereka, bahkan Rasulullah memperlihatkan bagaimana beliau berbuat baik kepada seorang Yahudi yang senantiasa menghinanya.
Mengucapan selamat Natal merupakan satu bentuk pengakuan akan lahirnya anak Tuhan, dan itu bertentangan dengan aqidah kami yang meyakini bahwa Tuhan tidak beranak dan tidak diperanakkan, jika kalian mengatakan bukankah itu hanyalah sekedar ucapan penghargaan kepada yang merayakannya, maka kami menjawab bahwa dalam keyakinan kami lisan(ucapan) adalah salah satu diantara tiga hal yang menjadi sebab sempurnanya keimanan kami...   
Dan mungkin bagi teman-teman Muslim yang mengatakan bukankah Yesus adalah Nabi Isa Alaihissalam, yang mana Muslim juga meyakini keberadaannya bahkan memuliakannya, bukankah dengan memberikan ucapan selamat artinya kita juga bergembira akan kelahiran seorang Rasul sebagaimana Maulid Nabi?
Maka kami menjawab Maulid nabi tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam dan para sahabatnya, bahkan para tabi’in dan atbaut tabi’in yang lainnya... Kelahiran Nabi Isa Alaihissalam jauh lebih dulu dibandingkan dengan di utusnya Muhammad Shallallahu’alaihi wasallam sebagai Rasul Allah...namun, tidak ada satu dalil pun dari yang shahih sampai yang dhaif sekalipun yang kami dapatkan, menyatakan bahwa Rasulullah memperingati hari kelahiran Nabi Isa Alaihissalam maupun Nabi-nabi sebelumnya jika hal itu memang bagian dari agama ini. Bukankah hamba Allah Azza wa Jalla yang memiliki ibadah terbaik itu adalah Rasulullah??
Semoga dengan postingan ini dapat menjadi penjelasan sekaligus permohonan maaf jika kami tidak mengucapkan selamat untuk hari raya kalian sebagaimana kalian mengucapkan selamat untuk hari raya kami.
Cukuplah toleransi bagi kita adalah ketika kita hidup damai berdampingan tanpa harus menggadaikan aqidah kita, Untukmu agamamu dan untukku agamaku 

Jumat, 18 September 2015

Untukmu Para Muslimah Pembaca Al Qur'an



Muhadharah DR. Isa yang dibawakan dalam rangkaian acara Temu Relawan AL Qur’an
Dari sisi Ka’bah Makkah Al Mukarramah,
Dari negeri Al Haramain Madinah, kami mengucapkan…
Assalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh…

Wahai para wanita pembaca Al Qur’an…
Hari ini kita akan membicarakan tentang Risalah dari langit, yang diturunkan oleh Sang Pemiliki Risalah melalui Malaikat Jibril kepada Rasulullah, yang salah satunya membicarakan tentang makhluk Allah bernama “wanita”
Seorang wanita yang berjalan di muka bumi namun hatinya terpaut di langit, penuh rindu kepada Rabb nya…
Risalah ini datang dengannya Jibril kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.
Jibril Alaihissalam berkata kepada Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, “wahai Muhammad, Khadijah telah datang, sampaikan salam Allah dan salam ku kepadanya”.
Ya Rabb… Salam apakah ini?
Salam yang disampaikan oleh malaikat Allah yang paling mulia, salam dari Rabb, Sang Pemilik segala Kemuliaan kepada seorang wanita yang berjalan di muka bumi bersama makhluk yang lain dan wanita yang lainnya, tapi hatinya senantiasa menggantung di langit kepada Rabb nya…
Khayalkanlah wahai muslimah…
Bagaimana perasaan Khadijah mendapatkan salam dari Rabb Pencipta Alam. Satu penghargaan yang menjadikan penghargaan yang lain tidak berarti. Sebuah kebahagiaan ruh yang tidak ada gantinya kepada Ibunda kita Khadijah Radhiyallahu anha…
Saudariku… Risalah ini belum selesai… 

Kamis, 17 September 2015

Kisah Kucing Ritual



Pernah dengar kisah kucing ritual?
Kisah ini kami dapatkan dalam salah satu kegiatan yang disampaikan oleh salah seorang pemateri..
Lebih kurangnya kisahnya seperti
Ada seorang guru bersama dengan murid-muridnya di sebuah pendopo (sejenisnya ^ ^ ). Mereka memiliki seekor kucing. Suatu hari mereka melakukan ibadah dan kucing ini mengganggu ibadah mereka dengan lalu lalang diantara mereka, hingga akhirnya sang guru meminta salah seorang muridnya untuk menangkap kucing tersebut dan mengikatnya setiap kali mereka akan melakukan ibadah agar kucing tersebut tidak mengganggu mereka.
Akhirnya aktivitas ini menjadi rutinitas, setiap kali mereka akan beribadah, salah seorang diantara mereka akan menangkap kucing tersebut dan mengikatnya meskipun tanpa perintah dari sang guru.  Hal ini pun berlanjut hingga sang guru meninggal dunia.
Tapi ada yang telah berubah, aktivitas ini telah berubah menjadi ritual sepeninggal sang guru, setelah kucing ini pun meninggal, murid-murid ini mencari kucing yang lain dan senantiasa menangkap dan mengikatnya setiap kali mereka melakukan ibadah, Hingga akhirnya ritual menangkap dan mengikat kucing menjadi bagian dari ibadah mereka…
Kawan-kawan… jangan sampai shalat kita, puasa kita dan ibadah kita dengan ritual-ritualnya sama dengan kisah kucing ritual tadi… Hal yang pada dasarnya bukan lah sesuatu yang menjadi bagian dari suatu ibadah tapi karena sudah menjadi rutinitas akhirnya seolah menjadi bagian dari ibadah tersebut, parahnya hal ini bisa menyebabkan pelakunya terjatuh pada hal-hal bid’ah dan mengaburkan orisinalitas dari ibadah itu sendiri…
Wallahu Ta’ala A’lam

Rabu, 16 September 2015

Semoga Kau Memahami

"Suatu Kaum di adzab bukan karena banyaknya orang jahat dan dzalim, tapi karena diamnya orang-orang shaleh diantara mereka"

Teguran bukanlah karena benci atau dengki, tapi ia adalah salah satu wujud peduli. Kekhawatiran agar kau tak terjatuh dalam pebuatan dzalim pada orang lain pun pada dirimu sendiri.
Semoga kau memahami...
Namun jangan pula kau anggap ia angin lalu, terpaan sesaat yang tak meninggalkan bekas, hanya terasa ketika ia menyapu, setelahnya... pun terlupakan.
Tapi patri ia dalam hati, hingga meski diri tak lagi bersua iakan tetap menjadi pengingat...
Semoga kau memahami...
Walau tak terucap lewat lisan, tapi sungguh salah satu dari sekian do'a yang dipanjatkan, semoga kita senantiasa mendapat petunjuk dan kebaikan dari Nya
Semoga kau memahami...

Kawan...
Ada kalanya diri ini lalai...
Sering kali pula diri ini lupa...
Terima kasih untuk senantiasa saling mengingatkan
Walau kadang pedisnya seperti makan nasi padang ^ ^
Uhibbukunna fillah